Sampah yang dapat merusak ekosistem laut terutama disebabkan oleh sampah berbahan plastik !
Saat ini masalah sampah di lautan, terutama sampah plastik, telah menjadi perhatian masyarakat internasional. Terutama karena sampah ini berdampak negatif cukup besar bagi ekosistem laut.
Sebut saja misalnya penyebaran sampah plastik yang lintas lautan dan antarwilayah negara. Sampah ini juga perlu waktu lama untuk terurai, hingga puluhan tahun. Hasil urainya yang berukuran mikro juga sudah masuk ke sistem rantai makanan di lautan. Hal itu akan berbahaya bagi manusia yang mengonsumsi biota-biota laut seperti ikan, cumi-cumi, kerang-kerangan dan lainnya.
Tidak itu saja, saat terurai atau dekomposisi, berbagai polutan berbahaya diserap oleh material plastik ini.
Sampah Plastik
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk Indonesia, berdasarkan proyeksi penduduk, akan meningkat menjadi 271,07 juta jiwa pada 2020 dari 238,52 juta jiwa pada 2010. Peningkatan jumlah penduduk ini akan berpengaruh pada lingkungan, salah satunya pada sampah. Semakin banyak penduduk, maka semakin banyak pula sampah yang dihasilkan.
Indonesia merupakan negara kedua sebagai penyumbang sampah plastik terbesar di dunia setelah Cina. Sampah plastik yang dihasilkan Indonesia sebesar 187,2 juta ton (Jambeck, 2015). Padahal, sampah plastik merupakan sampah yang dapat mencemari lingkungan karena plastik merupakan bahan yang sulit terdegradasi. Sampah plastik baru dapat terurai puluhan hingga ratusan juta tahun, bahkan ada beberapa plastik yang tidak akan pernah terurai.
Sampah plastik tersebut bila tidak dikumpulkan dengan benar akan terbawa ke sungai bahkan ke laut dan pada akhirnya menumpuk. Karena ringan, sampah plastik akan berada di permukaan laut sehingga akan dapat menutupi permukaan laut.
Sampah yang terbuang ke laut dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan membahayakan populasi yang ada di laut. Pada Januari 2018 diberitakan bahwa sampah plastik di laut dimakan ikan teri, dan survei yang telah dilakukan di Universitas Hasanuddin Makassar juga menyatakan bahwa 28 persen ikan yang ada di pasar ikan mengkonsumsi plastik. Hal ini tidak menutup kemungkinan biota laut lainnya akan tidak sengaja memakan sampah plastik juga, karena mengganggap plastik tersebut merupakan makanan mereka.
Selain berakibat buruk pada spesies ikan, sampah plastik juga dapat merusak terumbu karang yang sudah terancam punah. Luas terumbu karang total pada 2016 sekitar 2,5 juta Ha, dengan kondisi cukup baik sekitar 37 persen dan kurang baik sekitar 30 persen (Kelautan dan Perikanan dalam Angka, Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2016). Penutupan permukaan laut oleh sampah plastik dapat membahayakan biota laut yang memberikan manfaat sangat besar bagi jutaan penduduk yang hidup dekat pesisir ini. Padahal, terumbu karang membutuhkan cahaya matahari agar dapat bertahan hidup.
Sayangi Laut Kita
Pemerintah telah melakukan uji coba pengurangan sampah plastik melalui penerapan kantong belanja plastik sekali pakai tidak gratis selama dua bulan, dan hal ini telah diklaim berhasil oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dan, pemerintah pun telah memiliki program lanjutan untuk mewujudkan Indonesia Bebas Sampah pada 2020. Selain Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan pun telah memperingatkan seluruh petani tambak dan nelayan agar tidak membuang sampah plastik ke laut.
Hal ini pun sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) tujuan ke-14, yaitu melestarikan dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya kelautan dan samudera untuk pembangunan yang berkelanjutan. Namun, diharapkan juga peran serta dari masyarakat untuk mengurangi sampah plastik ini. Masyarakat bisa mengurangi sampah plastik dengan cara membawa tas belanja sendiri saat belanja. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional BPS, Maret 2017, rumah tangga yang tidak pernah membawa tas belanja sendiri sebesar 53,98 persen, dan yang selalu membawa tas belanja sendiri sebesar 9,29 persen.
Selain itu, perilaku yang dapat mengurangi sampah plastik antara lain, membawa botol minuman saat bepergian, mendaur ulang bekas kemasan menjadi barang yang berguna, dan penerapan sampah dengan konsep 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle).
Pepatah lama mengatakan, "Siapa yang menanam, dia yang akan menuai." Ya, saya kira pepatah ini sangat pas untuk menggambarkan keadaan lingkungan saat ini. Maka, marilah kita menjaga lingkungan sekitar agar lingkungan hidup yang sehat dapat juga dirasakan oleh anak cucu kita. Melalui Hari Lingkungan Hidup Seunia 2018, mari kita berkontribusi dengan mengurangi penggunaan plastik dalam kegiatan sehari-hari. Ayo, sayangi laut kita!
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar